KEP. YAPEN – (deklarasinews.com) – Kepada media, Panitia Webinar Internasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia dan Institut Leimena menyatakan dalam pers realisnya bahwa Wabinar ini dilakukan dalam rangka melihat bagaimana umat manusia dapat membangun saling memahami dan menghormati antar umat Muslim, Kristen, dan Yahudi sebagai keluarga Abrahamik melalui pendidikan, terutama di sekolah-sekolah, Jakarta, 18/01/2021.
Bagaimana mereka belajar menghargai persamaan dan perbedaan akan menolong mereka menghargai dan menyikapi keberagaman dalam masyarakat yang lebih luas. Pendidikan semacam ini menjadi semakin penting saat ini di mana Islamofobia, antisemitisme, dan berbagai bentuk kebencian agama menjadi marak.
Ringkasnya, webinar ini membahas (1). Pendidikan yang membangun saling memahami dan menghormati antara umat Muslim, Kristen, dan Yahudi sebagai sebuah keluarga Abrahamik dapat ikut menguatkan moderasi dan toleransi beragama secara umum; (2). Yang harus dibahas dalam pendidikan semacam itu di sekolah dan universitas dari perspektif Muslim, Kristen, dan Yahudi; dan (3). Pengalaman atau contoh pendidikan demikian yang dapat dibagikan, di mana Muslim, Kristen, dan Yahudi belajar untuk menghargai persamaan dan perbedaan.
Secara kolektif disebut sebagai agama-agama Abrahamik karena kesamaan leluhur mereka dalam patriark Abraham atau Ibrahaim, jumlah penganut gabungan Islam, Kristen, dan Yahudi melampaui separuh penduduk dunia dan kian bertambah.
Ironisnya, meski memiliki kesamaan nenek moyang, sepanjang sejarah mereka sering mengalami ketegangan atau bahkan konflik. Koeksistensi dan kolaborasi yang damai antara Muslim, Yahudi, dan Kristen telah membawa banyak kemajuan dalam peradaban.
Sebaliknya, ketegangan dan konflik di antara mereka seringkali menyebabkan stagnasi peradaban, bahkan kemunduran. Dengan menguatnya identitas agama, maka potensi konflik semakin meningkat.
Kemenag RI dan Institut Leimena menyelenggarakan diskusi kelompok terarah pada 22 Juli 2020. Dalam pertemuan tersebut, Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan bahwa, “Tugas utama kami adalah menemukan titik temu sebagai satu keluarga besar agama Abraham untuk bekerja sama demi perdamaian dan kemajuan peradaban manusia”.
Hal ini sejalan dengan tujuan berdirinya Indonesia untuk ikut serta dalam pembentukan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia yang terkenal dengan keberagaman dan kerukunan beragama, Indonesia secara moral dan konstitusional wajib berpartisipasi dalam mempromosikan dialog dan kolaborasi antaragama yang damai, termasuk dalam keluarga agama Abrahamik.
Oleh karena itu, Kemenag dan Institut Leimena bekerja sama untuk memfasilitasi webinar dan pertemuan virtual lainnya yang dapat mendorong lebih banyak dialog–dan jika memungkinkan–dalam keluarga Abrahamik untuk membawa perdamaian dan kemajuan peradaban manusia.
Selama Oktober hingga November 2020, Kemenag RI dan Institut Leimena telah berkolaborasi dalam menyelenggarakan tiga seri webinar internasional tentang agama Abrahamik yang telah menarik ribuan peserta yang berasal dari lebih dari 20 negara.
Topiknya meliputi “Memahami Keluarga Abrahamik melalui Studi Kiblat”, “Peran Keluarga Agama-agama Abrahamik dalam Mempromosikan Perdamaian di Dunia”, dan “Narasi Baru Toleransi Keluarga Abrahamik dari Uni Emirat Arab”(pers-zri).