WAROPEN -(deklarasinews.com)- Pesan Toleransi datang dari negeri berjuta Bakau dan berjuta misteri Waropen. Sejak persiapan menjelang Sidang Sinode Ke-XVIII GKI di Tanah Papua tnggal 18-24 Juli ini cukup mendapat perhatian dari umat Islam di Kabupaten Waropen dalam rangka ikut mensukseskan Sidang Sinode XVIII di Waropen.
Dimana bumi di pijak disana langit di junjung, pepatah lama ini mewakili Gerakan Solidaritas umat Muslim dari Majelis ulama Indonesia Kabupaten Waropen dalam spontanitas di tanggal 18 Juli, dengan membentuk beberapa titik-titik Posko di pinggiran jalan Urfas, dan Waren.
Umat Islam memberikan dukungan kepada semua pihak yang hadir di Kabupaten Waropen dalam menyelenggarakan pesta Iman Sidang Sinode ke XVIII, kami sebagai umat muslim, kami merasa terpanggil untuk bersama-sama dengan umat Nasrani untuk mensukseskan Sidang Sinode XVIII Waropen, ungkap Samsidar kepada awak media, Sabtu 23/07/22.
“Dukungan yang kami berikan di setiap titik di Waropen kami memasang setiap posko serta ketersedian bahan makanan guna membantu pelayanan terhadap Sidang Sinode yang berlangsung dari tanggal 18-24 Juli 2022”
Syamsidar, selaku Ketua bidang Komunikasi MUI kabupaten Waropen kepada awak media mangatakan dalam Sidang Sinode XVIII, berkordinasi sama Ketua MUI serta seluruh Ormas-ormas Islam dan kerukunan Islam untuk rapat bersama untuk turut serta terlibat dalam suksesnya penyelenggaran Sidang Sinode.
Kata Syamsidar “mereka sepakat dan kita mulai memasang posko di beberapa titik yaitu di Waren, Paradoi, Batu zaman dan Nonomi, Kami terus terlibat mulai dari penjemputan obor Sidang Sinode sampai prosesi pelaksanaan kegiatan , kami suport 200 karton air minum serta bahan makanan demi sukseskan sidang ini bebernya.
Kita semua turut serta mengambil bagian sebab yang merasakan dampak ekonomi itu kami termasuk di dalammya warga Nusantara yang telah menetap di Waropen ini.
Lanjut Syamsidar yang saat ini menjabat Kadis Pertanian Waropen bahwa peserta bahkan tim Pengembira di kabupaten waropen lebih kurang 10 ribuh orang sebagaimana laporan Panitia.
Dengan jumlah yang banyak itu termasuk dominan, terus apakah kami harus tinggal diam tentu tidak kami hanya tinggal diam tentunya tidak, bebernya.
“Kami sudah sangat di hargai di sini, tentunya kami berikan juga yang terbaik bagi sesama umat beragama demi menjalin hubungan antara Agama dan kemajuan Papua khususnya Waropen” beber Samsidar.
Ungkap Syamsidar mewakili Umat Islam bahwa umat muslim tidak mencari Viral tapi kita tahu bersama ini daerah kita, ini kampung kita, kita tidak boleh diam dan tidak ada maksud apa-apa dalam momen Sidang Sinode ke-XVIII ini.
Tegasnya lagi bahwa persoalan Waropen adalah persoalan bersama, dilanjutksn bahwa Umat muslim sangat mendukung Ketua Panitia Bapak Yeremias Bisai dalam mensukseskan Sidang Sinode ke-XVIII, sebab Bapa Yeremias Bisai sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Toleransi umat beragama di Waropen.
“Menjunjung tinggi Nilai-nilai Toleransi dan Kerukunan antar umat beragama dalam menjadikan Bhinneka tunggal Ika sebagai simbol kekuatan Negara yang dalam bahasa Waropen sebagai moto kabupaten “Ndi Sowosio Ndi Korako Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” (Falen/Zack).