LAHAT -(deklarasinews.com)- Sejak peluncurannya pada penghujung 2024, Program Co-Elevation Social & Community Development (Suscomdev) yang digagas PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Sumatera Selatan (Sumsel). menunjukkan lonjakan kemajuan yang tak terbantahkan.
Fokus awalnya sederhana untuk meningkatkan kesejahteraan warga Desa Prabumenang, Kabupaten Lahat, lewat produksi tempe rumahan. Namun dengan pendampingan intensif, program ini tumbuh menjadi ekosistem ekonomi kreatif yang kini merambah aneka olahan turunan dan bersiap menggebrak pasar urban.
Setiap subuh, aroma kedelai rebus mengepul di gang-gang sempit Prabumenang. Pada pukul 09.00, blok-blok tempe berlapis daun pisang sudah tersusun rapi sebelum dikirim ke pasar tradisional.
Pemandangan itu kini ditambah deretan snack kekinian: keripik tempe renyah, tempe bacem bercita rasa manis gurih, pangsit tempe siap goreng, hingga tusuk gigi biodegradable berbahan limbah kedelai. Diversifikasi ini bukan kebetulan, melainkan strategi terukur hasil pelatihan kewirausahaan dan product development IZI.
Belajar dari tren plant-based snack, tim pendamping IZI tengah meracik tempe chocolate bar paduan kedelai fermentasi dan bubuk kakao lokal.
“Target kami meluncur beberapa pekan lagi. Kami ingin memperkenalkan tempe dengan tampilan fancy yang disukai anak muda. Produk baru ini diproyeksikan menjadi ikon kuliner kreatif Prabumenang sekaligus membuka segmen ritel mode,” ujar Zainuri, Kepala Perwakilan IZI Sumsel, Selasa (20/5/2025)
Sebanyak 30 ibu rumah tangga tergabung sebagai produsen inti, dan dalam setahun pendampingan menghasilkan 8 produk turunan tempe, yang mana perbulannya untuk omzet gabungan mencapai antara Rp 15-20 juta melonjak hampir tiga kali lipat dibanding Februari 2024.
” Untuk bahan baku kedelai diserap dari petani lokal, sehingga memperkuat rantai pasok desa. Dengan program ini menghasilkan insight bisnis, membentuk komunitas, dan menaikkan citra desa. Kami berkomitmen mendampingi hingga para ibu benar-benar mandiri,” kata Zainuri, IZI Sumsel.
Sementara itu, Ajis Purnomo Suscomdev PT Bukit Asam mengatakan untuk mekanisme pendampingannya antara lain :
- Pelatihan Teknis : Permentasi higienis, standarisasi rasa, dan food safety bersertifikat.
- Manajemen Usaha : pencatatan keuangan digital sederhana, pengemasan, strategi harga.
- Akses Permodalan :Skema bergulir tanpa agunan dari dana CSR PTBA.
- Pemasaran Terpadu : pendaftaran ke e-catalog pemerintah, marketplace daring, dan bazar UMKM.
- Monitoring dan Evaluasi : kunjungan lapangan mingguan, laporan produksi, serta focus group discussion per triwulan.
“Apa yang dulu disambut ragu, kini jadi kebanggaan bersama. Diversifikasi tempe meningkatkan pendapatan sekaligus menumbuhkan self-esteem warga,” kata nya.
” Kalau tempe bisa naik kelas, produk lokal lain pasti bisa. Bukti bahwa pemberdayaan, ketika dijalankan dengan komitmen dan hati, sanggup mengubah desa terpencil menjadi simpul ekonomi kreatif yang membanggakan,” kata Ajis.
Momentum penting datang saat kelompok UMKM binaan dipilih Pemkab Lahat mengikuti pameran ekonomi kreatif awal Mei 2025.
“Ini pengalaman berharga. Produk kami yang biasanya hanya beredar di kampung, tiba-tiba dilirik pengunjung dari kota,” cerita Ratna, salah satu penerima manfaat.
” Pesanan naik 40 % selepas pameran, menandakan tempe Prabumenang mulai menorehkan nama di luar batas desa,” katanya.
Zainuri menambahkan, Program Co-Elevation Suscomdev bukan sekadar proyek CSR, Namun menjelma gerakan sosial berbasis pangan lokal. Tempe, makanan murah meriah, diangkat derajatnya menjadi komoditas bernilai tambah.
Di sisi lain, limbah kulit kedelai diolah menjadi pakan ternak, sementara air rendaman difermentasi menjadi pupuk cair, konsep zero waste yang sejalan dengan target Environmental, Social, and Governance (ESG) PTBA.
Skalabilitas Produksi: permintaan meningkat pesat pascapameran. Solusinya, pembangunan rumah produksi semi-modern bersertifikasi PIRT.
Legalitas Merek: proses pendaftaran hak merek “Tempe Prabumenang” tengah berjalan agar produk tak mudah ditiru.
Penetrasi Ritel Modern: negosiasi dengan jaringan minimarket di Palembang dan Lahat.
Replikasi Model: PTBA menyiapkan toolkit pendampingan agar pola sukses ini bisa diterapkan di desa ring-1 tambang lainnya.
Dengan sinergi solid perusahaan, lembaga zakat, dan pemerintah desa, PTBA menargetkan lahirnya lebih banyak wirausaha tangguh berdaya saing global.
Ditempat yang sama Nopri Kepala Desa Prabumenang menyampaikan rasa optimisme dan dukungannya secara penuh dan berharap program tersebut bisa terus berkembang dan menjadi produk lokal andalan serta kebanggaan desa.
“Dampaknya nyata: UMKM lebih percaya diri, mampu menata waktu sambil mengurus rumah, dan mulai berpenghasilan sendiri,” tuturnya.(Ning)