Cita-citanya menjadi guru sudah tertanam sejak kecil. Hobi menulis puisi dan cerpen memperkuat tekadnya untuk menempuh pendidikan S-1 di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan melanjutkan S2 di Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra, di FKIP Unila.
Keputusan itu bukan hanya untuk mengejar gelar, tetapi juga sebagai wujud nyata untuk mewujudkan impian menjadi guru yang inspiratif dan sastrawan yang membumi. Selama berkuliah di Unila, Asep aktif mengembangkan kompetensi diri, baik dalam bidang akademik maupun kepemimpinan.
Ia mempelajari berbagai keterampilan penting yang kini menjadi fondasi kariernya. berpikir kritis, kreativitas, komunikasi efektif, kolaborasi, dan kepemimpinan. Semua pengalaman tersebut sangat mempengaruhi pendekatannya dalam mengajar dan memimpin sekolah.
Setelah lulus, Asep memulai kariernya sebagai guru Bahasa Indonesia di berbagai sekolah menengah di Lampung, hingga menjadi dosen Bahasa Indonesia di Universitas Teknokrat Indonesia.
Titik balik kariernya dimulai saat ditugaskan menjadi Kepala SMK Maharati di Desa Buhut Jaya, Kalimantan Tengah—sebuah wilayah yang tergolong dalam kategori 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Di sanalah ia menunjukkan dedikasinya dalam mengubah tantangan menjadi kesempatan.
Dengan pendekatan Best Practice dalam membangun karakter siswa melalui metode “Behavior Improvement”, ia berhasil menekan angka putus sekolah dan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan berdaya.
Kontribusinya dalam dunia pendidikan pun membuahkan hasil nyata. Ia dinobatkan sebagai Juara 1 Lomba Kepala Sekolah Berprestasi SMK Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2021 dan 2022, serta meraih berbagai penghargaan nasional di bidang literasi dan sastra.
Menurut Asep, tantangan pendidikan masa depan akan berkutat pada adaptasi teknologi. Namun, ia menekankan bahwa teknologi hanyalah alat, dan karakter siswa tetap harus menjadi fondasi utama. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus terus diperkuat agar siswa mampu menyikapi perkembangan teknologi secara bijak.
“AI dan pembelajaran digital akan berkembang pesat, tapi tidak boleh melupakan nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan. Itulah mengapa karakter dan moral harus menjadi prioritas,” ujar Asep.
Kini, Asep menjabat sebagai Direktur Kurikulum di PPTQ Assahil Lampung Timur dan aktif sebagai narasumber pelatihan pendidikan di berbagai daerah. Ia juga telah menulis buku dan mempublikasikan artikel di jurnal nasional terakreditasi.
Melalui kisah hidup dan pengabdiannya, Asep berpesan kepada mahasiswa Unila dan calon guru masa depan untuk tidak pernah menyerah dengan mimpi. “Terus belajar, jujur, inovatif, dan setia pada profesi. Pendidikan itu mulia. Guru bukan hanya pengajar, tapi penentu arah generasi bangsa”, pungkasnya.
Terakhir, Asep juga berpesan agar mahasiswa Unila terus menjaga semangat dan rasa ingin tahu. Karena dari rasa penasaran yang terus tumbuh, akan lahir inovasi dan perubahan yang besar. Apa pun rintangannya, jangan menyerah, karena guru sejati bukan hanya mengajar, tapi juga menginspirasi.