Anggota Satpol PP Sukawening Pantau Pasien Covid, Malah Ikut di Swab Yang Tidak Jelas Hasilnya

GARUT – (deklarasinews.com) – Ketika ikut terjun langsung ke lapangan dalam membantu Satuan tugas dalam upaya evakuasi warga desa Maripari yang terkomfirmasi Covid-19 sepuluh hari  yang lalu, dalam upaya pencegahan penyebaran covid-19, dua anggota Satpol PP kecamatan Sukawening, harus ikut menjalani sweb test, di Puskesmas Maripari.

Dua anggota satpol PP, kecamatan Sukawening harus mengikuti Sweb test yang diadakan oleh dinas kesehatan di Puskesmas Maripari karena berdasarkan laporan petugas medis puskesmas dua orang satpol PP, kontak erat ketika evakuasi pasen positip covid-19 untuk di bawa ke rumah sakit Medina Wanaraja.

Menurut kepala puskesmas Maripari Dedi Suwandi kedua anggota Satpol PP ini, sengaja datang ke puskesmas maripari untuk minta di sweb test dan pihak puskesmas melakukan permintaan kedua orang tersebut.

Sweb test dilakukan karena mereka berdua kontak langsung dengan warga yang di evakuasi karena terkomfirmasi Covid -19 . meskipun Hasilnya, Sweb test menunjukan non reaktif atau negatif kedua Satpol PP ini.

Keterangan Kapus Maripari Dedi Suwandi di bantah keras oleh kedua anggota satpol PP kecamatan Sukawening ,  saat ditemui di di kantor pos jaga Satpol PP, ketika sudah masuk kerja setelah di isolasi mandiri dirumah , selama tujuh hari , ia mengatakan, bahwa dirinya dan temannya  melakukan sweb test untuk  memastikan diri dalam keadaan sehat karena saya di suruh sweb oleh atasan ( sekmat ) karena berdasarkan laporan Kapus Maripari bahwa saya pernah kontak erat sama pasen covid yang di evakuasi , padahal dirinya tidak pernah kontak erat bahkan pada waktu itu cuma memantau dari kejauhan, maka dari laporan kapus tersebut , saya dan teman saya di sweb test atas perintah ( sekmat ) karena pernah kontak erat sama pasen covid yang tempo hari di evakuasi ke Medina, karena itu kami berdua merasa di rugikan karena harus isolasi pasca dirinya di sweb selama tujuh hari dan menjauh dari keluarga,ini sangat menyiksa sekali dan atasan saya pun susah di hubungi di wa dan di telpon waktu itu tidak pernah memberikan jawaban tentang status dan kondidi saya , ketika melakukan isolasi benar- benar terasingkan waktu itu.

“Atas dasar inilah saya mempermasalah kan keterangan Kapus sehinga terjadi miskomunikasi satuan tugas covid -19 Kecamatan Sukawening,  memang kami berada di lapangan, sering berkontak langsung dengan masyarakat. Ini resikonya sangat besar, untuk itu kami juga selalu menjaga kesehatan dan lakukan protap kesehatan, atas masalah ini saya melakukan protes kepada pimpinan ( sekmat) dan Kapus Maripari yang telah berbuat tidak adil dan terkesan mengada-ada dan merugikan kami berdua. Seakan Sekmat sebagai pimpinan (Karena Camat habis masa pensiun) seolah tidak terjadi apa-apa. Malah kami datang ke Kapolsek atas undangan Pa Kapolsek untuk meneruskan kembali tugas kami. Jadi menurut analisa saya dalam hal ini, kami ditumbalkan, Sekmat membuat proses menjadi sulit, Kasi Trantib seakan tidak peduli terhadap bawahannya. Apalagi dari pihak Kasi Kesra yang seakan akan mengolok-ngolok kami, dalam arti lebih ke pembulian. Makanya dalam hal ini kami berdua ( Pol PP ) karena banyak sekali dirugikan, baik materi maupun mental . minta kejelasan dan ketegasan tim satuan covid-19 Kecamatan Sukawening,  agar nanti tidak ada lagi masalah yang menimpa kepada masyarakat seperti yang pernah kami berdua alami urusannya nyawa, di satu sisi kami tugas dan di sisi lain kami juga punya keluarga yang harus di jaga” ungkapnya.

Sementara itu ,atas seluruh kejadian yang menimpa anggota Satpol PP dalam melaksanakan tugasnya terhadap warga dan di wilayah Desa Maripari, pada saat itu.

Kami awak media menemui Kepala Desa Maripari Maman Herisman. Dalam keterangannya mengatakan “secara pribadi tidak bisa mengatakan gimana-gimananya mengenai hal ini , mungkin bapak-bapak(kami awak media) sekalian dapat menganalisa dan menyimpulkan apa dan bagaimana cara kerja Forkopincam Sukawening, ya seperti itulah” tidak tegas. (rls)

Tinggalkan komentar